KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena penulisan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini membahas tentang hubungan antara MANUSIA DAN LINGKUNGAN serta pengaruhnya terhadap manusia dan diharapkan dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan saran, maupun masukan-masukan guna penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Akhir kata, kami meminta maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami akan berupaya selalu terbuka dan seobjektif mungkin terhadap kritik dan saran yang membangun guna mempertimbangkan di masa-masa yang akan dating.
Makalah ini membahas tentang hubungan antara MANUSIA DAN LINGKUNGAN serta pengaruhnya terhadap manusia dan diharapkan dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan bagi siapapun yang membaca makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan saran, maupun masukan-masukan guna penyempurnaan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Akhir kata, kami meminta maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami akan berupaya selalu terbuka dan seobjektif mungkin terhadap kritik dan saran yang membangun guna mempertimbangkan di masa-masa yang akan dating.
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara yaitu bertujuan untuk, menjadikan manusia yang merdeka secara batin
pikiran dan tenaganya atau merdeka secara lahir
dan batin. Dan dalam pendidikan tersebut diperlukan kewibawaan sebagai
salah satu faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan
tersebut.
Oleh karena itu maka kelompok
kami disini akan membahas tentang Tanggung Jawab Kewibawaan Pendidikan.
2. RUMUSAN
MASALAH
a.
Kewibawaan sebagai alat pendidikan?
b.
Apakah Kewibawaan (gezag) itu?
c.
Bagaimana pendidik seharusnya menggunakan
Kewibawaannya?
d.
Tanggung jawab ?
BAB II PEMBAHASAN
1.
Kewibawaan sebagai alat pendidikan
Sebagaimana
telah dibicarakan pada bab terdahulu , kewibawaan adalah otoritas pendidik yang
diterima dan diakui oleh anak didik secara sukarela , berdasar pilihan atau
kehendak bebasnya, hingga menimbulkan rasa percaya . Otoritas pendidik itu
dapat terwujud dalam perintah, tugas, anjuran, larangan, aturan dari pendidik
yang ditunjukan kepada anak didik . bila perintah, tugas, anjuran, larangan,
dan aturan itu diterima, diakui oleh anak didik secara sukarela berdasar
pilihan atau kehendak bebasnya, maka timbulah kewibawaan pendidik.Dapat diungkapkan
sebaliknya : pendidik yang berwibawa adalah yang otoritasnya
(perintah,anjuran,larangan,dan aturannya) diterima, diakui, secra sukarela
berdasar pilihan atau kehendak bebasnya, oleh anak didik. Singkatnya pendidik itu memiliki
otoritas dan dipercaya.
2 . Motivasi sebagai alat pendidikan
Motivasi
adalah dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu . Melakukan, kalau
yang bersangkutan suka, berniat, atau menginginkan ; tidak melakukan kalau yang
bersangkutan tidak suka, tidak berniat, atau tidak menginginkan. Motivasi
penting sebagai alat pendidikan, karena hanya anak yang bermotivasi tinggi dan
positive yang dapat mencapai tujuan pendidikan yang baik.
Ada beberapa teori tentang motivasi
, yaitu : (a) Teori kepuasan , yang meliputi : teori kebutuhan dari Maslow ,
teori x dan y dari dauglas McGregor , teori ERG dari Clyton Alderfer , teri
kebutuhan dari Mc Clelland , dan teori motivasi-higiene dari Frederick Herzberg
. (b) Teori proses yang meliputi : teori harapan teori penentuan tujuan , teori
penguatan dan teori keadilan . Berikt ini masing-masing dijelaskan secara
ringkas ( lubis, 2008: 16-28; Hook, 2006: 23-54 )
a. Teori hirarki kebutuhan dari Moslow
, yang menyebut lima tingkat kebutuhan manusia , dari yang paling dasar , yaitu
(1) kebutuhan fisiologis , (2) kebutuhan keamanan , (3) kebuthan social , (4)
kebutuhan pengakuan , dan (5) kebuthan keberhasilan . Manusia didorong atau
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar terdahulu , baru
kemudian kebutuhan-kebutuhan di atasnya secara berturut-turut. Pada akhir
hayatnya , Abraham Maslow menambahkan lagi satu kebutuhan lagi yang ke enam ,
yaitu kebutuhan spiritual.
b.
Teri X dan Y ,yang membedakan manusia menjadi dua tipe , yaitu (1) tipe
X , yang malas , untuk dapat beprestasi harus dipaksa , dan (2) tipe Y , yang
kreatif , suka bekerja , bertanggung jawab , tidak perlu dipaksa untuk
berprestasi , untuk itu perlu motivasi berupa : mengikutsertakan dalam
pengambilan putusan dan diperikan tantangan .
c.
Teori ERG , yang mengatakan
bahwa kebutuhan manusia tersusun secara hirarki mulai dari yang paling dasar :
(1) existence ( eksitensi ) , untuk
hidup , seperti makan , minum udara ,upah kondisi kerja , (2) Relatedness ( keterhubungan ) hubungan
social , dan growth ( pertumbuhan ) .
Kebutuhan yang lebih rendah menjadi dasar pencapaian kebuthan lebih tinggi dan
kebutuhan yang lebih tinggi memperkuat kebutuhan yang lebih rendah .
d. Teori kebutuhan menurut Mc Clelland , yang terkait dengan konsep belajar , yaitu (1)
kebutuhan berprestasi ( need for achievement
) , (2) kebutuhan berkuasa ( need for
power) , dan (3) kebutuhan berafiliasi ( need for affiliation ).
e. Teori motivasi-higiene , yang menyebut dua factor motivasi , yaitu (1)
dari luar (ekstrinsik) , yang menyebabkan tidak puas , yang terkait dengan hygiene
( kesehatan ) , seperti upah , jaminan kerja , status , pergaulan , dan (2)
dari dalam ( intrinsik ) , seperti tantangan berprestasi , minat , tanggung
jawab , aktualisai diri .
3.
Kewibawaan
(Gezag) Dalam Pendidikan
1.
Apakah
kewibawaan (Gezag) Itu?
Gezag berasal
dari kata zeggen yang berarti
’’berkata’’.Siapa yang perkataanya mempunyai perkatan yang mengikat terhadap
orang lain,berarti mempunyai kewibawaan atau gesag terhadap orang lain.
2.
Apakah
Perbedaan antara Kewibawaan Orang Tua dan Kewibawaan Guru atau
Pendidik-Pendidik Lainnya terhadap Anak-Anak Didiknya?
a.
Orang tua (Ayah dan
Ibu) adalah pendidik yang terutama dan yang menerima kodrat dari Tuhan untuk
mendidik anak-anaknya.Oleh karena itu sudah semestinya mereka mempunyai
kewibawaan terhadap anak-anaknya.
orang
tua memilki dua sifat:
1) Kewibawaan pendidikan
Berarti
bahwa dengan kewibawaan itu orang tua bertujuan memelihara keselamatan
anak-anaknya agar hidup terus dan selanjutnya berkembang jasmani dan rohaninya
menjadi manusia dewasa.
2) Kewibawaan keluarga
Tiap-tiap
keluarga merupakan masyarakat kecil,yang sudah tentu dalam masyarakat mempunyai
peraturan yang harus di patuhi anggotanya.Dengan demikian, orang tua sebagai
kepala keluarga memiliki kewibawaan terhadap anggota keluarganya.
b.
Kewibawaan guru atau
pendidik-pendidik lainnya. Guru atau pendidik-pendidik lain (yang bukan orang
tua)menerima jabatannya sebagai pendidik bukan dari kodrat ( dari Tuhan ),
melainkan pemerintah.ia ditunjuk,ditetapkan,dan di beri kekuasaan sebagai pendidik oleh Negara atau
masyarakat.maka dari itu, kewibawaan yang ada padanya berbeda dengan kewibawaan
orang tua.
3.
Bagaimana
Pendidik Seharusnya Menggunakan Kewibawaannya?
a) Dalam menggunakan kewibawaannya pendidik
tersebut harus berwibawa,dengan kebijakan pendidik hendaklah anak harus dibawa
ke arah kesanggupan memakai tenaganya dan pembawaannya yang tepat.Jadi,
wibawapendidikan itu bukan memerintah anak, melainkan mengamati serta
memperhatikan dan menyesuaikannya pada perkembangan dan perkembangan
masing-masing anak.
b) Pendidik
hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif
sendiri.anak diberikan kesempatan atau keleluasaan untuk melatih diri bersikap
patuh.Jadi, dengan wibawa itu hendaklah pendidik berangsur-angsur mengundurkan
diri sehingga akhirnya tidak di perlukan lagi.mendidik anak berarti membuat
seorang anak bisa berdiri sendiri.
c)
Pendidik hendaknya
menjalankan kewajibannya itu atas dasar cinta kepada si anak.jadi, bukannya
memerintah atau melarang untuk
kepentingannya sendiri.Cinta itu perlu bagi pekerjaan mendidik. Sebab,
dari cinta atau kasih sayang itulah timbul kesanggupan selalu bersedia
berkorban untuk sang anak, selalu memperlihatkan kebahagian anak yang sejati.
4.
Tanggung jawab.
Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus besar
Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwadarminta adalah “keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya” artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula memiliki
arti yang lebih jauh bila memakai imbuhan, contohnya ber-, bertanggung jawab
dalam kamus tersebut diartikan dengan “suatu sikap seseorang yang secara
sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul
segala resikonya”. Dalam artian lain, tanggung jawab meminjam istilahnya
Bung Hatta adalah integritas individual.
Perlu menjadi perhatian utama, adalah
bagaimana membentuk pola pikir anak agar pada suatu saatnya nanti mampu
memiliki integritas – tanggung jawab – baik itu secara pribadi maupun dalam
kehidupan kolektif, sebagaimana hal itu tercantum dalam definisi di atas.
Dengan kata lain, tanggung jawab yang dimaksudkan disini adalah suatu investasi
yang tak ternilai harganya, yang ditanamkan pada seorang anak demi masa
depannya kelak. Dan penanaman tanggung jawab itu sendiri hanya dapat tercapai
jika dijalani lewat proses pendidikan. Pendidikan disini bukanlah pendidikan
sebagaimana pandangan konvensional yang mengatakan bahwa mendidik adalah urusan
sekolah (institusi). Akan tetapi pendidikan yang saya maksudkan adalah pendidikan
yang sebenar-benar pendidikan, yaitu pendidikan yang dilalui sepanjang hayat,
yang dilakukan oleh orang tua semenjak kehadiran anak didunia, melalui
transmisi kasih sayang, kepedulian, kepercayaan, emphati dan
kesinambungan serta pengarahan secara spiritual.
Dengan demikian Humanisasi
menjadi kenyataan, yaitu penciptaan iklim mendidik anak untuk menjadi manusia
yang berbudi, memiliki jiwa, merdeka, mampu menghargai dirinya, dan mampu pula
untuk memaknai akan makna penciptaannya didunia. Artinya pendidikan yang
dimaksudkan disini tak lain merupakan suatu upaya memanusiakan manusia, dan
tanggung jawab merupakan salah satu indikator keberhasilannya.
BAB III PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Kewibawaan
pendidik mempunyai arti pendidik yang berwibawa
adalah yang otoritasnya (perintah,anjuran,larangan,dan aturannya) diterima,
diakui, secra sukarela berdasar pilihan atau kehendak bebasnya, oleh anak
didik. Singkatnya
pendidik itu memiliki otoritas dan dipercaya, atau dengan kata lain Siapa yang perkataanya
mempunyai perkatan yang mengikat terhadap orang lain,berarti mempunyai
kewibawaan atau gesag terhadap orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA
Sudharto dkk. 2009. Pengantar
Ilmu Pendidikan. Semarang : IKIP PGRI SEMARANG PRESS